BERAS PLASTIK BERBAHAYA

Pematang sawah di daerah Cawang Magelang terlihat tangkai-tangkai padi sedang asyik bergoyang ditiup angin  siang hari (21/2) Dokumentasi pribadi


Beberapa hari ini dunia pangan kita dihebohkan dengan temuan beras plastik di Bekasi. Sebagai seorang lulusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian (TPHP), saya benar-benar penasaran untuk mengulik fenomena ini. Seperti dikutip dari media online jpnn.com, terdapat tiga senyawa berbahaya dalam pernyataan Kepala Bagian Pengujian Laboratorium Sucifindo Adizam ZN kemarin (21/5). Proses Identifikasi yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknyakandungan yang tidak boleh ada dalam produk pangan. Al hasil, ditemukanlah Benzyl Butyl Phtalate (BBT), Bis 2-ethylhexyl Phtalate (DEHP) dan Diisononyl Phtalate (DNIP) yang ketiganya merupakan campuran bahan pelentur plastik (plastiser) agar mudah dibentuk. "Di Eropa bahan itu tidak boleh ada dalam produk mainan anak. Itu untuk penggunaan luar, apalagi kalau buat dikonsumsi. Pasti dilarang,", ujar Adizam.

Sucofindo yang berhasil menguji sampel beras dari Pemkot Bekasi hanya dalam waktu empat jam, jauh lebih cepat dari proses uji laboratorium yang dilaksanakan BPOM maupun Kemenkes. Dalam pengujian ini Sucofindo melakukan screening dengan alat spectrum infrared untuk melihat senyawa yang dicurigai. Kecepatan dalam mendapatkan hasil uji laboratorium didukung dengan fasilitas yang memiliki standar khusus, dan harganya mahal. "Kebetulan kami punya fasilitas yang lengkap, jadi bisa lebih cepat. Pengujian kemarin (20/5) cuma empat jam, malamnya sudah laporan ke Pemkot Bekasi," tuturnya.

Dengan ini pihaknya menyarankan agar masyarakat lebih berhati-hati dengan meneliti terlebih dahulu beras yang akan dimasak untuk dikonsumsi. Terakhir Adizam memberikan tips untuk melakukan pengecekan keaslian beras, salah satunya yaitu dengan dibakar. "Kalau beras asli itu ada putih-putihnya di dalam, kalau palsu cenderung bersih. Kemudian kalau beras asli dicuci airnya keruh, sementara beras plastik tetap bening. Bisa juga dibakar kalau leleh berarti palsu," sambungnya.


OPINI
Siapakah para ahli yang menjadi otak dibalik pemalsuan salah satu makanan pokok kita? Sempat membuat kagum akan 'kepandaian' dan ke'kreativitas'annya menciptakan barang palsu ini. Namun, sayang sekali jika keilmuan yang dimilikinya diselewengkan hingga sejauh ini. Kita perlu introspeksi diri, terlebih saya sebagai anak pangan dan juga pihak pemerintah sebagai pelindung rakyat agar kedepan tidak terjadi lagi hal-hal yang serupa dikemudian hari. Bagi para Petani, semoga kejadian ini kian mengangkat citra beras lokal di pasaran. SAVE PANGAN LOKAL! 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HARI PERTAMA LIMA BAYI HAMSTER MENATAP DUNIA